Jumat, 18 Mei 2012

KECERDASAN BURUNG EMPRIT



KECERDASAN BURUNG EMPRIT
( pipit )

Burung emprit banyak ditemui disekitar sawah dan daerah pertanian. Bentuknya kecil, gerakannya lincah dan cepat berkembang biak.
Saya punya pengalaman unik dengan jenis burung yang satu ini.
Musim tanam padi tahun ini saya mencoba jenis varitas padi Inpari 13, jenis yang baru di daerah Ponorogo dan sekitarnya. Awalnya saya tidak tahu jika varitas ini berumur pendek, sehingga saya menyemaikan benih lebih awal, dengan harapan cepat bisa panen dan jika dijual segera setelah panen harga masih bagus.
Tidak tahunya varitas ini ketika masih berumur sekitar 50 hari sudah mulai berbuah, selisih 10 harian dengan varitas Ciherang maupun padi jenis lain disekitar saya.

Padi varitas Inpari-13 mulai berbuah

Akibatnya beberapa hari setelah berbuah sekawanan burung emprit mulai berdatangan. Awalnya hanya 10 - 20 ekor saja. Besoknya tambah lagi sekitar 100 san ekor. Terpaksa saya tunggui itu tanaman padi.
Tambah hari serangan burung emprit jumlahnya semakin banyak, mungkin malah mencapai ribuan, karena memang tanaman padi disekitarnya belum mulai berbuah, sehingga rombongan siburung emprit terpusat ditempat saya dan beberapa sawah tetangga yang kebetulan menanam jenis padi yang sama yaitu Inpari 13, beberapa teman mengatakan itu varitas dengan kode sial (13), tapi menurut saya tidak karena jenis ini berbuah sangat lebat, membuat iri yang melihatnya.
Berbagai usaha saya lakukan untuk menghalau kawanan ini. Mulai dari memasang tas kresek bekas yang berwarna merah, plastik bekas bungkus pupuk, membentangkan kaset yang sudah lama ndak pernah diputar, beberapa kaset malahan masih bagus, tapi saya tidak peduli karena sudah kadhung pusing. Saya juga coba alat yang mungkin kedengaran nyleneh yaitu pakai kaca cermin bekasnya wadah bedak istri saya, tapi juga tak mempan, juga coba saya sorot dengan sinar laser yang biasa untuk presentasi tapi juga tak ada efeknya apapun, saya pikir mereka akan marah seperti kiper Malaysia ketika melawan Tim Garuda, tapi nyatanya tidak. Mereka seolah tahu bahwa segala macam asesoris sawah itu tidak membawa bahaya apapun buat mereka.
Beberapa tetangga malah membuat orang orangan lengkap dengan baju dan capingnya. Tapi celakanya 2 - 3 hari kemudian sekawanan burung malah bertengger di atas caping pak tani gadungan sambil bersiul. Semprul...


Rumbai dari kaset dan plastik bekas

Terpaksalah membuat alat lainnya. Mulai dari ketapel, kenthongan, kaleng bekas roti dan pelurunya.
Jam 5 pagi saya harus sudah siap dipematang. Karena sebentar lagi ribuan emprit yang terbang berkelompok akan segera lewat. Jika tak segera dihalau dengan kibasan bendera, teriakan, dan bunyi kenthongan tentu mereka akan segera turun disawah saya.
Mangkel tapi asyik
Jebret.... tung...tung.... hwaaaaaaaaaa.........

Sekitar jam 7 pagi istri saya akan segera datang sambil membawa sarapan pagi, dan akan menggantikan tugas menghalau burung, karena saya harus ngantor. Baru kali ini istri tiap pagi pergi kesawah, kalau diterus teruskan kan bisa jadi hitam kulitnya.



Istri yang sedang bawa bendera penghalau burung emprit

Awalnya saya pakai peluru ketapel dari kerikil, tapi lama lama saya pikir sawah bisa jadi penuh kerikil karena terus terusan terkena sasaran tembak. Kemudian peluru diganti dengan tanah liat yang dibentuk bulatan kecil seperti penthol bakso, dan cukup manjur dipakai sebagai peluru.

Ketapel dan peluru dari tanah liat

Satu dua hari jika ada segerombolan emprit yang bertengger diatas padi dan dilempar lempung dengan ketapel mereka akan segera terbang. Tapi lama lama mereka juga tahu bahwa tembakan saya lebih sering meleset sehingga mereka juga tak gampang takut dengan ketapel.
Emprit memang kecil tapi ternyata punya kecerdasan, buktinya mereka bisa belajar dari situasi sekitarnya, dan itu tak butuh waktu lama. Hanya kurang dari 3 hari mereka sudah mampu memahami semua tipuan manusia. Hebat...
Peralatan penghalau burung emprit, pakai teropong segala...


Terlebih lagi emprit yang sudah hidup berpasangan, mereka jadi sangat nekat dan tak kenal takut dengan suara teriakan dan suara kenthongan serta pukulan kaleng bekas. Mungkin mereka harus cari makan sebanyak banyaknya karena akan segera bertelur.

Hari ke 10 menunggui sang burung emprit kelihatannya serangan sudah mulai berkurang.
Mungkin mereka pikir pemilik sawah yang satu ini orangnya cerewet banget dan tak kenal lelah menembak dengan ketapel setiap ada burung emprit yang baru saja hinggap.
Memang harusnya begitu karena pengalaman pada sawah tetangga yang sudah terlambat ditunggui rombongan emprit sangat susah diusir. Pada ingatan mereka sudah tertanam dimana mereka akan bersarang dan di hamparan sawah mana mereka harus cari makan.
Saya juga heran ketika pagi pagi benar mereka baru turun dari sarangya mereka sudah langsung menuju ke areal yang tak ditunggui. Demikian juga di sore hari mereka langsung akan terbang pulang kesarangnya semula. Tak pernah salah jalan.


Inpari-13 berumur 70 hari, dengan Gunung Bayangkaki di kejauhan

Varitas Inpari-13 yang berbuah lebat, tapi nggak tahu gimana kalau sudah panen

Bulan kesiangan and my vila......(tempat melupakan semua keruwetan hidup)



Varitas Ciherang dengan umur sama, tapi bulirnya masih belum berisi

Ketika tanaman padi sudah berusia sekitar 70 an dan di areal lain sudah banyak yang mulai berbuah maka rombongan emprit di pagi hari sudah jauh berkurang.
Tapi lucunya saya malah merindukan mereka.
Jebret... tung... tung... tung ... hwaaaaaaaaaa........

Hama yang datang sekarang ganti baru yakni busuk di leher padi, petani sering menyebutnya dengan penyakit "potong leher". Hamanya tak kelihatan, tapi efek merugikannya lebih banyak jika dibanding dengan serangan burung emprit.
Pusing mak.....

"Isteri" saya ke 2 yang setia menemani kemanapun pergi


Gunung Lawu di kejauhan, nampak remang tempat wisata Sarangan

Sungai Kecil, sangat asyik untuk "menunaikan urusan pribadi" disini...