3. Kebijakan Pemerintah Kerajaan
Belanda (Republik Bataafsche)
Daendels, gubernur jenderal yang
bertangan besi
Kebijakan pemerintah Kerajaan Belanda
yang dikendalikan oleh Prancis sangat kentara pada masa Gubernur Jenderal
Daendels (1808 – 1811). Kebijakan yang diambil Daendels sangat berkaitan dengan
tugas utamanya yaitu untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan
Inggris.
Dalam upaya mempertahankan Pulau Jawa, Daendels melakukan hal-hal berikut.
a. Membangun ketentaraan, pendirian tangsi-tangsi/ benteng, pabrik
mesiu/senjata di Semarang dan Surabaya serta rumah sakit tentara.
b. Membuat jalan pos dari Anyer sampai Panarukan dengan panjang sekitar
1.000 km.
c. Membangun pelabuhan di Anyer dan Ujung Kulon untuk kepentingan perang.
d. Memberlakukan kerja rodi atau kerja paksa untuk membangun pangkalan
tentara.
Peta
Jalan Anyer - Panarukan yang dibuat oleh Daendels.
Berikut ini
kebijakan-kebijakan yang diberlakukan Daendels terhadap kehidupan rakyat.
a. Semua pegawai pemerintah
menerima gaji tetap dan mereka dilarang melakukan kegiatan perdagangan.
b. Melarang penyewaan
desa, kecuali untuk memproduksi gula, garam, dan sarang burung.
c. Melaksanakan contingenten
yaitu pajak dengan penyerahan hasil bumi.
d. Menetapkan verplichte
leverantie, kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada pemerintah
dengan harga yang telah
ditetapkan.
e. Menerapkan sistem
kerja paksa (rodi) dan membangun ketentaraan dengan melatih Orang orang pribumi.
f. Membangun jalan pos
dari Anyer sampai Panarukan sebagai dasar pertimbangan pertahanan.
g. Membangun
pelabuhan-pelabuhan dan membuat kapal perang berukuran kecil.
h. Melakukan penjualan
tanah rakyat kepada pihak swasta (asing).
i. Mewajibkan Prianger
stelsel, yaitu kewajiban rakyat Priangan
Dalam melaksanakan
pemerintahannya di Indonesia, Daendels memberantas sistem feodal yang sangat
diperkuat VOC. Untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan, hak-hak bupati mulai
dibatasi terutama yang menyangkut penguasaan tanah dan pemakaian tenaga rakyat.
Selama memerintah,
Daendels dikenal sebagai gubernur jenderal yang “bertangan besi”. Ia memerintah
dengan menerapkan disiplin tinggi, keras, dan kejam. Bagi rakyat atau penguasa
lokal yang ketahuan membangkang, Daendels tidak segan-segan member hukuman.
Hal ini dapat
dibuktikan saat Daendels menjalankan kerja rodi untuk membangun jalan raya
Anyer - Panarukan sepanjang 1.000 km. Dalam pembangunan tersebut, rakyat
dipaksa kerja keras tanpa diberi upah atau makanan, dan apabila rakyat ketahuan
melarikan diri akan ditangkap dan disiksa. Rakyat sangat menderita.
Pengaruh kebijakan
pemerintah kerajaan yang diterapkan oleh Daendels sangat berbekas dibanding
penggantinya, Gubernur Jenderal Janssens yang lemah. Langkah-langkah kebijakan
Daendels yang memeras dan menindas rakyat menimbulkan:
a. kebencian yang
mendalam baik dari kalangan penguasa daerah maupun rakyat,
b. munculnya
tanah-tanah partikelir yang dikelola oleh pengusaha swasta,
c.
pertentangan/perlawanan penguasa maupun rakyat,
d. kemiskinan dan
penderitaan yang berkepanjangan, serta
e. pencopotan
Daendels.
Kaisar Napoleon
Pada tahun 1810, Kaisar Napoleon menganggap bahwa tindakan Daendels sangat otoriter. Pada tahun 1811 Daendels ia ditarik kembali ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens.
Janssens
Ternyata Janssens
tidak secakap dan sekuat Daendels dalam melaksanakan tugasnya. Ketika Inggris
menyerang Pulau Jawa, ia menyerah dan harus menandatangani perjanjian di
Tuntang pada tanggal 17 September 1811.
Perjanjian
tersebut dikenal dengan nama Kapitulasi Tuntang, yang berisi sebagai berikut.
a. Seluruh militer
Belanda yang berada di wilayah Asia Timur harus diserahkan kepada Inggris dan
menjadi tawanan militer Inggris.
b. Hutang
pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
c. Pulau Jawa dan
Madura serta semua pelabuhan Belanda di luar Jawa menjadi daerah kekuasaan
Inggris (EIC).
Sumber : IPS SMP - Sanusi Fatah